Minggu, 11 Desember 2011,
sekitar pukul 13.30
Setelah kurang lebih 1
jam perjalanan, akhirnya kami sampai di rumah makan “Bu Tini” dan segera
memesan beberapa makanan dan minuman. Dan jujur lagi, pandanganku tidak berpaling
dari lelaki berbaju putih dengan rambut merahnya itu, apalagi setelah dia
melihat ke arahku dan tersenyum padaku ketika dia sedang makan. Ya Tuhan,
bahagianya, hohohoho. Aku baru tau, ternyata kalau makan, dia agak beringas,
hihihihihihi, tapi teteup ganteng. Pada saat itu dua deret meja digunakan oleh
keluarga besar mas Hudson. Hmmmm, aku baru tau ternyata anggota keluarganya
banyak banget. Budhe (mamanya mbak Onya) memberitahukan kepadaku siapa-siapa
saja yang ada di sana. Cihuuii, menambah pengetahuan tentang si talent nih,
hihihihi.
Ketika kami baru saja
memesan, mas Hudson sudah selesai makan dan segera mencuci tangan. Setelah itu
tanpa di sangka, mas Hudson menuju ke Hafiz yang saat itu sedang disuapi oleh
mbak Onya dan mbak Ade. Aku yang berada di sebelah mereka berdua langsung
deg-degan. Lalu setelah menghampiri Hafiz, mas Hudson duduk di kursi kosong
yang berada tepat di sebelah kananku. Ya Tuhan deket banget. Meskipun sudah
bertemu beberapa kali sebelumnya, tapi aku tetep aja speechless kalo dideketin
sama dia. Hahaha, aku Cuma bilang, “Udah kenyang nih mas?”. Aduuuuuh,
kesempatan emas yang terlewat, padahal aku punya pertanyaan buat dia. Setelah
cukup lama duduk di sebelahku, dia kembali ke tempat duduknya dan berkumpul dengan
teman-temannya yang lain, dan aku? Makaaaaan………
Selesai makan, aku
diajak oleh mbak Onya untuk mampir ke rumahnya mas Hudson. Ya Tuhan, berasa mau
pingsan beneran. Huhuhuhu, akhirnya aku akan ke rumahnya seniman itu. Kebetulan
rumah mas Hudson tidak jauh dari rumah makan yang kami singgahi itu. Setelah
sampai di depan gang, kami segera turun dari mobil. Aku kira rumahnya jauh dari
gang, tapi ternyata, hanya beberapa langkah setelah menuruni tangga, aku sudah
sampai di rumahnya. Kesanku ketika masuk ke rumahnya adalah…. Buaguuuuuus
bangeeeeet.. Konsep bangunannya tidak jauh berbeda dengan konsep bangunan
masjid yang dibangunnya. Sederhana, klasik, tradisional jawa, tapi terlihat
mewah. Aduuuuh, jadi betah di rumahnya. Jujur! Aku jadi lebih leluasa melihat
mas Hudson di rumah itu, ya sekaligus jadi tau kalau dia di rumah seperti apa,
hehehehe (piss mas). Bener-bener nggak percaya kalau aku bisa sedekat itu
dengan mas Hudson dan keluarganya. Keluarganya pun terlihat sangat welcome
kepadaku. Aku lebih banyak diam ketika di rumah itu, karena memang belum
terlalu kenal dengan anggota keluarganya. Sama mbak Poppy, Anggun dan Advent
aja hanya kenal lewat Facebook dan Twitter.
Ketika di rumah itu,
aku melihat ada 3 anjing yang dipelihara oleh keluarga mas Hudson, tapi aku
hanya mengenali salah satu anjing saja. Namanya Hello, anjing kecil berwarna
putih (nggak tau ras-nya) yang saat itu sedang hamil. Hohohoho. Canda dan tawa
juga tercipta di rumah itu…
Setelah lama mengobrol,
kurang lebih pukul 15.30, kami berpamitan untuk pulang. Mas Hudson menuju
teman-temannya di hotel, sedangkan aku, mbak Onya, mbak Ade dan Budhe kembali
ke tempat penginapan kami masing-masing. Ya Tuhan, hari itu menjadi hari paling
bersejarah dalam hidupku. Meskipun banyak menghadapi rintangan untuk mencapainya
(termasuk dompet yang tertingal, hihihi), tetapi akhirnya tercapai juga. Terima
kasih Tuhan, atas bantuan-Mu. Aku juga sangat berterimakasih kepada orang-orang
hebat yang membantuku selama di Jogja, terutama pada Ika dan mbak Ika. Tanpa
mereka berdua, aku nggak tau harus bagaimana, asseeekk…… Kenangan terindah ini
tidak akan pernah terlupakan, that’s the best day ever in my life.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar