Halaman

Rabu, 14 Desember 2011

Sweetest Experience part II


Minggu, 11 Desember 2011, sekitar pukul 13.30
Setelah kurang lebih 1 jam perjalanan, akhirnya kami sampai di rumah makan “Bu Tini” dan segera memesan beberapa makanan dan minuman. Dan jujur lagi, pandanganku tidak berpaling dari lelaki berbaju putih dengan rambut merahnya itu, apalagi setelah dia melihat ke arahku dan tersenyum padaku ketika dia sedang makan. Ya Tuhan, bahagianya, hohohoho. Aku baru tau, ternyata kalau makan, dia agak beringas, hihihihihihi, tapi teteup ganteng. Pada saat itu dua deret meja digunakan oleh keluarga besar mas Hudson. Hmmmm, aku baru tau ternyata anggota keluarganya banyak banget. Budhe (mamanya mbak Onya) memberitahukan kepadaku siapa-siapa saja yang ada di sana. Cihuuii, menambah pengetahuan tentang si talent nih, hihihihi.

Ketika kami baru saja memesan, mas Hudson sudah selesai makan dan segera mencuci tangan. Setelah itu tanpa di sangka, mas Hudson menuju ke Hafiz yang saat itu sedang disuapi oleh mbak Onya dan mbak Ade. Aku yang berada di sebelah mereka berdua langsung deg-degan. Lalu setelah menghampiri Hafiz, mas Hudson duduk di kursi kosong yang berada tepat di sebelah kananku. Ya Tuhan deket banget. Meskipun sudah bertemu beberapa kali sebelumnya, tapi aku tetep aja speechless kalo dideketin sama dia. Hahaha, aku Cuma bilang, “Udah kenyang nih mas?”. Aduuuuuh, kesempatan emas yang terlewat, padahal aku punya pertanyaan buat dia. Setelah cukup lama duduk di sebelahku, dia kembali ke tempat duduknya dan berkumpul dengan teman-temannya yang lain, dan aku? Makaaaaan………




Selesai makan, aku diajak oleh mbak Onya untuk mampir ke rumahnya mas Hudson. Ya Tuhan, berasa mau pingsan beneran. Huhuhuhu, akhirnya aku akan ke rumahnya seniman itu. Kebetulan rumah mas Hudson tidak jauh dari rumah makan yang kami singgahi itu. Setelah sampai di depan gang, kami segera turun dari mobil. Aku kira rumahnya jauh dari gang, tapi ternyata, hanya beberapa langkah setelah menuruni tangga, aku sudah sampai di rumahnya. Kesanku ketika masuk ke rumahnya adalah…. Buaguuuuuus bangeeeeet.. Konsep bangunannya tidak jauh berbeda dengan konsep bangunan masjid yang dibangunnya. Sederhana, klasik, tradisional jawa, tapi terlihat mewah. Aduuuuh, jadi betah di rumahnya. Jujur! Aku jadi lebih leluasa melihat mas Hudson di rumah itu, ya sekaligus jadi tau kalau dia di rumah seperti apa, hehehehe (piss mas). Bener-bener nggak percaya kalau aku bisa sedekat itu dengan mas Hudson dan keluarganya. Keluarganya pun terlihat sangat welcome kepadaku. Aku lebih banyak diam ketika di rumah itu, karena memang belum terlalu kenal dengan anggota keluarganya. Sama mbak Poppy, Anggun dan Advent aja hanya kenal lewat Facebook dan Twitter.

Ketika di rumah itu, aku melihat ada 3 anjing yang dipelihara oleh keluarga mas Hudson, tapi aku hanya mengenali salah satu anjing saja. Namanya Hello, anjing kecil berwarna putih (nggak tau ras-nya) yang saat itu sedang hamil. Hohohoho. Canda dan tawa juga tercipta di rumah itu…

Setelah lama mengobrol, kurang lebih pukul 15.30, kami berpamitan untuk pulang. Mas Hudson menuju teman-temannya di hotel, sedangkan aku, mbak Onya, mbak Ade dan Budhe kembali ke tempat penginapan kami masing-masing. Ya Tuhan, hari itu menjadi hari paling bersejarah dalam hidupku. Meskipun banyak menghadapi rintangan untuk mencapainya (termasuk dompet yang tertingal, hihihi), tetapi akhirnya tercapai juga. Terima kasih Tuhan, atas bantuan-Mu. Aku juga sangat berterimakasih kepada orang-orang hebat yang membantuku selama di Jogja, terutama pada Ika dan mbak Ika. Tanpa mereka berdua, aku nggak tau harus bagaimana, asseeekk…… Kenangan terindah ini tidak akan pernah terlupakan, that’s the best day ever in my life.
read more “Sweetest Experience part II”

Sweetest Experience part I


Minggu, 11 Desember 2011...
Sekitar pukul 04.30, mbak Ika membangunkanku untuk sholat Subuh. Tapi aku berkata bahwa aku tidak melaksanakan sholat karena sedang “berhalangan”. Nah, karena mataku ini terasa seperti sedang direkatkan dengan lem akhirnya aku kembali tidur, padahal aku sudah janjian dengan mbak Onya untuk menuju Bantul, hehehe. Mendengar ponselku yang berbunyi, aku segera terbangun. Setelah aku lihat ternyata SMS itu dari mbak Onya yang mengatakan bahwa dia tidak jadi berangkat dari Sayidan. Tidak disangka, tidak dinyana, ternyata pada saat itu sudah pukul 07.00. Sesaat itu juga aku segera menelepon mbak Onya dan akhirnya kami janjian di tempat kos mbak Onya yang ternyata tidak jauh dari tempat kosnya mbak Ika. Aku segera minta izin mbak Ika untuk mandi. Setelah mandi, mbak Onya meneleponku dan mengatakan bahwa mereka harus segera berangkat, aku pun diminta untuk segera menyusul mbak Onya di tempat kos-nya. Waduuuuh, aku segera memakai baju dan berangkat tanpa menggunakan make-up (walaupun itu hanya bedak), alhasil ketahuan kalau aku ini item, hihihihi. Mbak Ika segera mengeluarkan sepeda motornya dan mengantarku ke tempat tujuan.

Ketika sampai di belakang fakultas teknik, aku dan mbak Ika yang notabene bukan asli Jogja bingung untuk menentukan arah yang benar. Entah merasa bahwa aku ini nyasar atau bagaimana, mbak Onya meneleponku lagi, tapi kali ini yang berbicara seorang laki-laki. Mengetahui bahwa aku sedang bingung, akhirnya mas-mas itu memintaku untuk menunggu mbak onya di bank BRI Gejayan. Oke, akhirnya aku dan mbak Ika segera mencari bank BRI, tapi yang kami temukan hanya BRI Syariah. Kami menunggu sekitar 5 menit, antara yakin dan tidak yakin kami tetap menunggu. Di sela kegiatan menunggu itu, aku melihat sebuah taksi yang keluar dari sebuah gang yang berada di depan. Aku dan mbak Ika mempunyai firasat bahwa mbak Onya ada di dalam taksi itu, tapi aku tidak menggubrisnya, hehehe. Tidak lama kemudian mbak Onya meneleponku dan menanyakan keberadaanku. Aku menjawab bahwa aku sedang menunggu di BRI Syariah. Eeeeehhh, ternyata kami salah bank, haduuuuhh. Mbak Onya segera memintaku untuk memutar arah. Dan ternyata, bank BRI yang dimaksud itu berada di dekat jalan untuk memutar arah. Aku langsung berpikir, “Ah, ternyata firasatku sama mbak Ika bener!”. Tidak jauh dari tempat kami memutar arah itu, aku melihat mbak Onya berada di samping taksi yang sama seperti taksi yang keluar dari gang itu. Huhuhu, firasat ini selalu kuingkari.

Aku berpamitan dan berterimakasih kepada mbak Ika yang telah mengantarku lalu menuju taksi berwarna putih itu. Aku diminta mbak Onya untuk duduk di kursi penumpang bagian depan. Ternyata di dalam taksi itu tidak hanya mbak Onya saja, tetapi juga ada mbak Ade dan mamanya mbak Onya. Mbak Onya juga membawa anaknya, Hafiz yang lucu itu, hihihihi. Selama di perjalanan kami saling mengobrol, dan aku baru tau kalau mamanya mbak Onya ternyata berasal dari Surabaya, selain itu sesekali aku bermain dengan Hafiz.
Jalanan Jogja pada saat itu ramai lancar. Kami menuju Bantul dengan melewati Malioboro. Ketika sampai di Sayidan, mbak Onya dan mbak Ade menunjuk salah satu gang dan memberitahukan bahwa itu adalah gang rumahnya mas Hudson. Oke, perjalanan pun berlanjut. Setelah sampai Bantul, mbak Onya yang lupa lokasinya segera menelepon salah satu anggota keluarga (kalau nggak salah yang ditelepon itu mbak Poppy) dan menanyakan nama daerah tempat dibangunnya masjid itu. Mbak Poppy berkata bahwa lokasi dibangunnya masjid itu berada di daerah Kadirojo. Mbak Onya segera mengatakannya kepada pak supir dan pak supir mengatakan, “Oke.”. Nah, karena mbak Onya dan mbak Ade benar-benar bingung dan lupa, alhasil kami pun nyasar dan berbalik arah setelah tau bahwa kami salah jalan. Waahhh, nyasarnya nggak tanggung-tanggung, jauh banget mungkin sekitar 4 km atau lebih. Akhirnya setelah tanya sana-sini, kami pun menemukan lokasi pas-nya. Hah, Alhamdulillah yah…

Ketika kami semua turun dari taksi, kami disambut oleh para panitia peresmian masjid tersebut. Hihihihi, aku sempet merasa lucu juga sih karena aku kan bukan anggota keluarganya, tapi yaaa, ga papa lah. Kami semua berjalan melintasi karpet berwarna merah dan para panitia mendampingi kami untuk menuju tempat duduk yang masih kosong. Jujur, pada saat itu aku langsung mencari mas Hudson, hehehe. Dengan segera pandanganku tertuju pada pria berbaju putih berkalung bunga melati dengan rambut berwarna kemerahan, dan taraaaaaaa, itulah si talent. Tanpa banyak basa-basi aku segera mengeluarkan kameraku dan turun langsung ke lapangan untuk mendokumentasikan segala kegiatan yang sedang berlangsung, termasuk mendokumentasikan foto-foto bangunan masjid Sayyidah Qowwiyah. Oya, Sayyidah Qowwiyah sendiri memiliki arti “Wanita Perkasa/ Kuat”, sesuai memang dengan figur mamanya mas Hudson. Ketika mas Hudson sedang diam, aku menghampirinya dan memfotonya, sebenarnya sih pengen foto bareng, tapi malu karena dia membawa banyak teman, lagian aku juga sudah pernah foto sama dia, hehe.

 Mas Hudson ketika di acara peresmian :)

Setelah mendokumentasikan kegiatan yang sedang berlangsung, aku segera memfoto bangunan masjid itu. Kata mbak Onya, “Mumpung lagi sepi.”. Dan, ketika aku melihat masjid itu, aku langsung terpukau dengan desain, konsep, dan bahan yang digunakan untuk membangun masjid itu. Benar-benar klasik dan tradisional Jawa banget, adem ayem melihatnya. Kalau mau tau, seperti ini nih bangunannya.

Tulisan di pintu masuk.

Sisi sebelah barat.

 Sisi sebelah timur.

 Pintu masuk sebelum peresmian.

 Tempat Imam.

Langit-langit.
Tempat wudlu.

Setelah dilangsungkannya acara penandatanganan batu peresmian oleh bupati Bantul, mas Hudson menyerahkan santunan kepada beberapa anak yatim. Tidak lupa juga sesi pemotretan dengan para tamu dan panitia. Hahahaha, lucu memang tingkah para panitia itu.



 Acara peresmian masjid itu pun selesai sekitar pukul 12.00. Mas Hudson pergi terlebih dulu menuju rumah makan, sementara aku, mbak Onya, mbak Ade dan beberapa anggota keluarga yang lain menunggu anggota keluarga yang sedang melaksanakan sholat Dzuhur. Sekitar pukul 12.30 kami berangkat menuju rumah makan dan berpamitan dengan para panitia yang masih berada di situ.

read more “Sweetest Experience part I”

Tragedi Dompet


Sekitar 3 minggu yang lalu, aku dan teman-temanku memutuskan untuk melaksanakan kuliah umum morfologi di Yogyakarta daripada di Jakarta dan Ciamis. Karena menurut kami, di Yogyakarta lebih efisien, baik dari segi waktu maupun biaya. Jujur aku sangat senang dan mendukung keputusan itu, karena kabarnya kuliah umum morfologi akan dilaksanakan di UGM. Satu-satunya hal yang terpikir adalah,”Yes, bisa ketemuan sama Chicha nih!” Hahahaha di saat teman-temanku yang lain memikirkan tentang kuliah umum aku malah memikirkan hal yang lain. Akan tetapi kebahagiaanku itu memudar ketika seminggu yang lalu aku mendapat kabar bahwa kuliah umum tidak jadi diadakan di UGM, melainkan di Balai Bahasa Yogyakarta. “Yaaaahh, gagal rencanaku ketemu ama Chicha.”, itulah yang aku pikirkan.

read more “Tragedi Dompet”